Keindahan Fantasi Cinta
Riuh... ramai... gaduh... dan penuh kegembiraan
Taman hati berwarna warni
Panggung rumah paru-paru berdiri kokoh
Kolam cinta mengalir indah keawan kasih
Badan terasa sejuk...
Segar tak terkirakan
Rumput selaput nadi bergoyang lembut
Di tiup angin cinta sejati
Burung camar jantung menukik pelan
Hinggap di pohon tulang iga putih
Matanya melihat kearah taman hati
Pandangannya terpesona oleh pemandangan cantik
Bidadari cinta dan pangeran kasih sayang
Bersenda gurau diangan yang tinggi
Hati pun gembira...
Jiwa pun lega...
Ya Allah...
Abadikan keadaan ini
Agar menjadi pedoman
Bagi hati yang saling menyatu
Mentari sanubari tersenyum riang
Alam jiwa bergembira ria
Serentak...
Jiwa-jiwa riang berdansa di sekitar taman hati
Oooh...
Indahnya fantasi cinta
**kupersembahkan 'tuk sahabat dan sodaraku yg sdg berbahagia**
by: bunda
****
"Keagungan Ilahi"
Ratu malam sang rembulan
Raja siang sang matahari
Keduanya selalu bertentangan,
Tarik menarik
Dorong mendorong
Saling menguasai,
Seolah selalu bertanding tiada henti
Tiada yang kalah
Tak ada yang menang,
Karena dengan kedua sifat yang bertentangan ini
Seluruh alam semesta bergerak!
Dunia berputar,
Saling mengisi,
Yang satu melengkapi yang lain
Tanpa yang satu
Takkan ada yang lain,
Siang dan malam
Terang dan gelap
Bsik dan jahat
Tanpa yang satu,
Apakah yang lain itu akan ada?
Tanpa adanya gelap,
Dapatkah kita mengenal terang?
Inilah sebuah kenyataan
Yang telah dikenhendaki Allah
Tanpa kehendaknya, takkan terjadi apa-apa
****
Senin, 30 November 2009
Diposting oleh bunda di 19.17 0 komentar
Sabtu, 28 November 2009
Beli Tiket Pesawat dengan Shalat Tahajud
oleh M. Arif As-Salman
Wajahnya tampak berseri, hatinya diliputi kebahagiaan. Apa yang selama ini ia harapkan kini telah tercapai. Tak terhingga rasa syukurnya pada Allah ta`ala, yang telah mengabulkan doa-doa yang ia panjatkan di keheningan malam, di saat manusia terlelap tidur.
Ia bertambah yakin pada janji-janji Allah. Ia semakin mantap dalam keimanannya. Amal solehnya bertambah giat dan doa-doanya semakin panjang dan khusyuk.
Sudah sekian tahun ia hidup di negeri para Nabi ini, dalam pengembaraannya mencari ilmu. Berbagai manis-asam garam kehidupan telah ia rasakan. Pahit dan getirnya telah ia lalui. Namun ia selalu tampak tabah dan gagah. Tak tergores kegundahan di wajahnya dan tak berbekas kegelisahan di sinar matanya.
Saya acap kali bertemu dengannya dalam beberapa kesempatan. Setiap kali berjumpa, wajahnya seakan tak pernah jemu tersenyum pada semua orang. Semangat hidupnya seolah tak pernah padam. Saya salut dengan Ust. Abu Anshar-nama samaran- yang telah dikarunia dua orang anak laki-laki ini.
Sore itu, selepas shalat ashar, seorang sahabatnya Ust. Hamdani-nama samaran- memberitahukan kepada saya bahwa Ust. Abu Anshar saat ini tengah berada di Indonesia.
"Ada kisah yang sangat menarik dan mengandung banyak pelajaran dari kepulangan ust. Abu Anshar," cerita ust. Hamdani kepada saya.
"Apa hal yang menarik itu Ustadz?" Tanya saya penuh penasaran.
Ust. Hamdani mulai bercerita, "Hari itu ust. Abu Anshar datang ke rumah saya. Ia bercerita, bahwa akan pulang ke Indonesia dalam waktu dekat ini untuk menjenguk keluarganya yang tertimpa musibah gempa di kampung halaman. "
"Saya pulang bukan karena banyak uang, tapi alhamdulillah ada rezki dari Allah", kata ust. Abu Anshar.
Saya pun jadi penasaraan, "Bagaimana rezki itu datang Ustaz?" Tanya saya padanya.
Mulailah Ust. Abu Anshar bercerita pada saya, "Begini, beberapa hari yang lalu, saat saya shalat isya di mesjid dekat rumah saya, seorang laki-laki dari Arab Saudi yang tengah transit di Mesir menghampiri saya.
"Assalamu`alaikum, kamu orang Indonesia?
"Wa`alaikum salam, iya, betul.."
"Kamu tinggal dimana?"
"Saya tinggal dekat dari sini."
"Sering shalat ke mesjid?"
"Alhamdulillah, saya selalu berusaha untuk shalat di mesjid lima waktu"
"Bagus sekali jika begitu, semoga tetap istiqamah ya"
"Amin", jawab saya.
Kemudian ia bertanya lagi.
"Oiya, di Indonesia kamu tinggal di mana?"
"Saya tinggal di Sumatera."
"Oh, saya dengar Sumatera terkena musibah gempa beberapa waktu yang lalu.."
"Iya.."
"Bagaimana dengan keluarga kamu, adakah yang menjadi korban?"
"Alhamdulillah keluarga selamat, hanya saja rumah salah seorang keluarga kami hancur.."
"Innalillahi wainna ilaihi raji`un.."
"Kenapa kamu tidak pulang?"
"Saya diminta pulang oleh keluarga, tapi, belum ada rezki.."
"Oh begitu..Sabar ya, semoga Allah bantu dan berikan kemudahan.."
"Amin"
Tak lama kemudian, setelah sedikit ngobrol agar saling kenal. ia meminta izin untuk pergi, sebelum pergi ia memberi dua orang anak saya yang ikut shalat bersama saya, uang Le 10 (lebih kurang 17.000,-).
Esoknya saya kembali bertemu dengannya ketika shalat subuh di mesjid. Usai shalat ia mendatangi saya. Sambil mengeluarkan amplop yang ia keluarkan dari sakunya ia berkata,
"Saudaraku, ini ada sedikit rezki untuk kamu dari saya. Mudah-mudahan bisa membantu kesulitan yang kamu dapatkan saat ini."
"Saya bingung dan heran. Saya berusaha untuk menolak. Tapi, ia tetap memaksakan juga. Akhirnya, ia memasukkan amplop itu ke dalam saku baju saya. Hati saya masih berdebar. Belum selesai hati dan pikiran saya dari tanda tanya. Ia memohon izin untuk pergi. Saya pun tak lupa untuk berterima kasih padanya, dan mendoakan semoga Allah membalas kebaikannya. Saya juga tak lupa meminta nomer hpnya.
Setelah ia keluar dari mesjid. Rasa penasaran yang sejak tadi meliputi hati saya ingin saya tumpahkan. Amplop itu saya buka perlahan, saya ingin tahu apa isinya. Jantung saya masih berdebar-debar...
Ternyata.. di dalam amplop putih itu ada uang USD 700 (senilai lebih kurang 7 juta rupiah). Saya kaget. Apa saya tidak salah lihat. Atau mungkin salah hitung. Saya teliti kembali. Iya ternyata benar, saya tidak salah hitung. Saya lansung bersujud syukur di hadapan Allah. Tanpa terasa pipi saya basah. Air mata saya mengalir deras. Saya terharu. Allah telah mengabulkan doa-doa panjang yang saya panjatkan di penghujung malam selama ini.
Saya bergegas pulang ke rumah menemui istri . Setiba di rumah, saya katakan pada istri saya.
"Umi, ayo sujud syukur!"
Istri saya menjadi heran
"Kenapa Bi, ada apa?"
"Nanti abi bilang, sekarang Umi sujud syukur dulu, ntar Abi ceritain.."
Akhirnya istri saya sujud syukur.
Setelah itu saya ceritakan lah apa yang terjadi barusan di mesjid. Dan saya keluarkan uang itu dari amplopnya. Istri saya tak sanggup menahan rasa haru dan bahagia di hatinya..Ia kembali bersujud syukur pada Allah, sujud yang panjang dan penuh kepasrahan dan tak terasah pipinya basah...
Begitulah kisah yang saya alami. Sehingga saya bisa pulang ke Indonesia dalam waktu dekat ini" kata ust. Abu Anshar menutup ceritanya.
Mendengar cerita beliau saya ikut terharu.
Lalu saya bertanya pada Ust. Abu Anshar, "Kalau boleh saya tahu, apa rahasianya sampai ustaz dapat rezki dari arah yang tak terduga tersebut?"
Beliau hanya senyum, "Semuanya sudah diatur Allah.." jawab beliau singkat.
"Iya, saya ngerti, tapi saya ingin tahu, apa yang selama ini ust. Abu Anshar lakukan, maksud saya , amalan yang dirutinkan..?"
"Sebenarnya berat untuk saya katakan, tapi mudah-mudahan ada faedah dan pelajaran yang bisa diambil darinya."
"Selama ini, setiap malam, saya selalu berusaha untuk shalat tahajud. Dan di saat keheningan malam itu saya berdoa dengan pipi yang selalu basah, karena derasnya air mata saya mengalir. Saya hanyut dalam untaian doa yang panjang, meminta pada Allah, agar memberikan saya jalan keluar dan membuka pintu rezki untuk bisa pulang ke Indonesia menjenguk keluarga saya yang tertimpa musibah itu.
Saya hampir setiap hari ditelpon keluarga, diminta pulang. Tapi selalu saya jawab, "Saya tidak punya uang untuk pulang."
"Saya bingung harus meminta tolong pada siapa. Lama saya berpikir dan merenung, namun saya tak kunjung mendapatkan uang. Akhirnya, saya mengadu pada Allah. iya.. Hanya Allah tempat saya mengadu saat itu. Tak ada lagi tempat bagi saya meminta tolong dan menaruh pengharapan. Hanya Allah saat itu bagi saya yang bisa menolong saya dengan cara-Nya."
"Saya pasrah sepenuhnya pada Allah, pada Tuhan yang telah menciptakan saya. Saya sangat yakin, hanya Allah yang bisa menolong saya dalam keadaan yang sulit ini. Sungguh, makhluk tak bisa berbuat apapun jika Allah tak menghendaki."
"Sehingga akhirnya, Allah menunjukkan jalan keluarnya. Alhamdulillah atas nikmat yang besar ini. Saya merasa, seolah-olah laki-laki dari Arab Saudi yang tengah transit itu sengaja dikirim Allah ke Mesir untuk mengantarkan rezki pada saya. Allah sudah mengatur semua ini. Bahkan tatkala saya mencoba menelponnya agar bertemu dengannya pada pagi hari itu juga, ia mengatakan bahwa sudah berada di bandara untuk kembali melanjutkan perjalanan."
"Begitulah kisah Ust. Abu Anshar yang mengharukan dan penuh makna itu", ucap Ust. Hamdani menyudahi ceritanya.
Saya yang mendengar cerita itu dari ust. Hamdani juga merasa takjub dan ikut terharu. Sejaka saat itu Saya semakin yakin pada Allah. Saya akan memanjatkan berbagai permintaan pada Allah. Allah maha mendengar, maha tahu dengan kesulitan kita, maha melihat apa yang tengah menimpa dan kita rasakan. Ia mendengar rintihan suara kita, jerit tangis kita, doa-doa kita di penghujung malam. Ia tidak tidur dan tidak mengantuk. Ia selalu mengawasi dan mengatur alam semesta. Subhanallah, segala puji hanyalah bagi Allah.
Kokohnya kepasrahan dan keyakinan ust. Abu Anshar mengingatkan saya pada firman Allah dalam kitab-Nya yang mulia, Allah berfirman, "...Dan barangsiapa yang berserah diri pada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya..." (QS at-Thalaq[65]: 3)
Saya juga teringat dengan firman Allah Swt dalam kitab-Nya yang mulia, Allah berfirman : "Dan Tuhanmu berfirman, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenakan bagimu." (QS al-Mukmin[40] : 60)
Dalam ayat lain Allah berfirman, "Bukankah Dia (Allah) yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila dia berdoa kepada-Nya dan menghilangkan kesusahan..." (QS an-Naml[27]: 62)
Dari Jabir ra., berkata : Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya pada setiap malam ada satu saat, dimana tidaklah seorang muslim berdoa pada saat itu untuk kebaikan usrusan di dunia dan akhiratnya. melainkan Allah akan kabulkan permohonannya tersebut. (HR. Muslim)
NB: Cerita ini saya dengarkan lansung dalam sebuah pertemuan singkat, dari ust. Hamdani. Kisah ini adalah kisah nyata. Dan beberapa ilustrasi saya tambahkan untuk menjadikan ceritanya mengalir. Tapi, saya tidak merubah inti kisah nyatanya.
Semoga bermanfaat buat kita semua, terutama penulis pribadi, amin..
Salam ukhuwah
Diposting oleh bunda di 01.14 0 komentar
Makan Malam Di Pinggir Istana
oleh Nurudin
Tidak seperti biasanya, usai sholat sunah ba’diyah Isya pak Komar langsung pulang. Tawaran merokok dari bapak-bapak jamaah lainnya yang sedang duduk santai di teras mushola ditolaknya secara halus. Pak Komar terburu-buru pulang karena malam itu dia mendapatkan undangan istimewa. Sebuah undangan makan malam yang jarang sekali dialamatkan kepadanya.
Pemberi undangan makan malam istimewa itu adalah seorang perempuan cantik yang dikenalnya enam belas tahun silam. Perempuan yang dulu banyak digandrungi teman-teman sekolahnya. Perempuan berwajah teduh dan berhati lembut yang sepuluh tahun silam mengucapkan ikrar setia untuk mendampingi hidupnya dalam suka maupun duka. Perempuan penyabar yang membuat hidupnya tentram, damai dan bahagia bersama seorang putri jelita mereka. Perempuan itu adalah istrinya, ibu dari Aisyah, putri tunggal mereka.
Dan undangan yang dimaksudkan sebenarnya adalah sebuah pesan dari sang istri untuk segera pulang selesai sholat Isya di mushola. Malam itu mereka akan ‘makan malam’ bersama. Mengapa bagi pak Komar ini terasa menjadi istimewa? Salah satunya adalah karena menu yang disiapkan sang istri lain dari biasanya.
Jika sehari-harinya mereka hanya makan dengan sayur bayam, sambel terasi dan kalau sedang ada rejeki ditambah tahu atau tempe goreng, maka malam itu sang istri membuat masakan layaknya menu restoran. Semangkuk gulai kambing, sepiring rendang dan belasan tusuk sate kambing setengah matang mengelilingi sebakul nasi yang masih mengebulkan asap. Sebuah hidangan yang biasanya hanya mampu mereka bayangkan, tak pernah dapat mereka rasakan.
Lalu, darimana mereka mendapatkan semua makanan lezat itu? Apakah mereka kini sedang bermimpi? Tidak!. Bahkan bau sangit dari asap kompor minyak masih menempel di baju yang bu Komar pakai. Harumnya bawang goreng, irisan bawang merah, potongan tomat dan jeruk nipis yang dicampur dengan kecap begitu nyata, memancing air liur Aisyah yang mulai tak sabar menunggu kepulangan sang bapak dari mushola.
Sementara itu, meski sejak Ashar bu Komar harus repot menyiapkan semua masakan itu sendiri, meski jari tangannya luka terkena tusukan sate, meski ada dua jari kakinya yang melepuh akibat menginjak bara, meski pakaiannya menjadi bau karena asap dapurnya, namun senyum terus mengembang diwajah kalemnya. Hatinya tiada henti bertasbih dan bertahmid, memuji kebesaran dan kemurahan Allah atas segala karunia yang diterimanya hari itu.
Tidak seperi tahun-tahun sebelumnya, Idul Adha kali ini keluarga bu Komar mendapatkan jatah daging qurban yang lumayan banyak. Satu bungkus daging kambing diterimanya dari panitia qurban di mushola. Satu bungkus daging sapi mereka terima dari seorang dermawan yang tinggal di perumahan mewah tak jauh dari tempat tinggalnya. Dan dua bungkus daging kambing dibawa pak Komar dari rumah salah satu warga yang meminta bantuannya untuk mengerjakan pemotongan qurban siang tadi.
Dari daging-daging qurban itulah kemudian bu Komar memasaknya menjadi menu yang menggugah selera. Untuk Aisyah, bu Komar membuat gulai kambing kesukaannya. Sudah sebulan terakhir dia kerap merengek minta makan dengan gulai kambing, hal yang sangat sulit mereka penuhi. Dan untuk suami tercinta, bu Komar sengaja membuatkan sate kambing setengah matang, sesuai pesanannya siang tadi sepulang dari membantu warga memotong hewan qurban. Sementara atas saran dan resep dari salah satu tetangganya, daging sapi dibuatnya menjadi rendang. Bu Komar sangat yakin kalau suami dan putrinya akan makan dengan lahapnya malam itu. Untuk itu ia sengaja memasak nasi lebih banyak dari biasanya.
Begitulah, malam itu pak Komar dan keluarganya merayakan pesta kecilnya. Rumah kontrakannya yang sempit seolah menjelma menjadi sebuah tenda di taman istana yang indah. Piring dan cangkir palstik yang tak sama ukuran dan bentuknya terlihat seperti kristal-kristal yang berkilauan. Ini bukan mimpi, bukan pula sebuah ilusi. Tapi sebuah kebahagiaan yang kini sedang mengembang di relung hati pak Komar dan keluarganya. Sebuah kebahagiaan yang diliputi rasa syukur yang sebenarnya. Sebuah mimpi yang menjadi nyata, berkat uluran tangan-tangan dermawan di hari raya qurban.
***
Cerita di atas, boleh jadi tak pernah anda dapati di kehidupan anda. Apalagi nama tokohnya memanglah bukan nama sebenarnya. Anda bukanlah pak Komar, begitu juga saudara dan tetangga anda. Kalaupun ada yang bernama Komar, tapi kisah hidupnya tak seperti yang dialami pak Komar dalam kisah ini. Meski begitu, sangat mungkin jika disekitar kita, bahkan tak jauh dari tempat tinggal kita, ada banyak keluarga miskin yang memiliki nasib serupa.
Bukan dongeng jika di sekitar kita ada keluarga yang merasakan lezatnya daging hanya saat hari raya qurban, itupun kalau keluarga mereka tercatat oleh panitia qurban setempat. Sebab kenyataan di lapangan menunjukan bahwa masih banyak keluarga-keluarga kecil dan miskin yang luput dari pembagian daging qurban. Bukan karena tidak adanya hartawan yang berqurban, tetapi karena mereka tak terpantau oleh panitia qurban. Kerap kali terjadi, justru keluarga yang sudah mampu, yang menganggap daging sebagai menu biasa yang tak menggugah selera malah mendapat bagian.
Dan di hari raya qurban kali ini, juga tahun-tahun selanjutnya mari kita pastikan bahwa tidak ada tetangga, keluarga miskin di sekitar kita yang tidak bisa merasakan lezatnya daging. Kita mungkin belum bisa berqurban tahun ini, tapi paling tidak kita bisa mengingatkan kepada panitia qurban di lingkungan kita jika mendapati warga yang selama ini belum terjangkau pembagian daging qurban. Kita bisa mengusulkan kepada panitia, keluarga mana yang seharusnya lebih didahulukan. Atau kita juga bisa berbagi dengan daging kurban yang dihantarkan ke rumah kita. Bukankah terkadang kita justru mendapatkan jatah berlipat, baik itu dari saudara, dari panitia qurban di rt kita, juga dari perusahaan tempat kita bekerja. Alangkah indahnya jika kita memberikan sebagian untuk mereka yang tidak mendapatkan daging kurban. Atau kalaupun mereka sudah mendapatkan, kemungkinan jumlahnya masih kurang untuk seluruh anggota keluarganya.
Tegakah kita menyimpan daging dalam kulkas hingga berhari-hari lamanya, sementara masih ada anak-anak tetangga yang berebut daging untuk makan. Tertelankah oleh kita aneka macam olahan daging di atas meja, semetara ada tangisan anak-anak tetangga yang memaksa orang tuanya untuk makan berlauk daging seperti teman-temannya. Sampai hatikah kita melihat seorang ibu yang harus kembali makan hanya berlauk sambal, asalkan anak-anaknya bisa makan dengan daging semua. Ini tidak berlebihan, ini benar-benar ada dan terjadi di sekeliling kita, tinggal kita peka melihatnya atau masih tega berpura-pura tak melihatnya. Tidak inginkah kita memberi kesempatan kepada mereka-mereka yang selama ini selalu dan terlalu akrab dengan kekurangan dan kemiskinan, untuk merasakan lezatnya sajian makan malam di istana, meskipun hanya dipinggirannya.
Diposting oleh bunda di 01.09 0 komentar
Momentum Berkurban
oleh Fivy Miftahiyah
Merayakan? Mungkin tepatnya adalah memaknai 'Idul Qurban. Berawal dari begitu tulusnya seorang ayah yang rela mengorbankan harta teramat berharga yang menjadi miliknya. Seorang anak yang cakap, menjelang remaja dengan performa yang begitu menyejukkan mata dan hati Sang Ayah.
Bahkan kehadirannya pun telah terlalu lama dinantikan. Berpuluh tahun mendambakan kehadiran seorang penerus generasi. Melalui banyaknya perjuangan dan pengorbanan untuk mendapatkannya, akhirnya Allah SWT mengamanahkan seorang anak yang sholih dan mendekati sempurna. Bukankah ini adalah harta yang amat mahal?
Namun, apalah artinya harta dan kesenangan dibandingkan dengan keridhoan dari Sang Pencipta. Barangkali terlalu banyak hamba yang mudah mengucapkan cinta kepada-Nya melebihi cinta kepada harta duniawi. Hingga bila telah datang ujian-Nya, nyata kan terbukti apakah kata yang diucapkan 'kan mampu untuk dijalani.
Kala itu, Ismail menjelang remaja. Dalam usia yang masih belia, ia memiliki pola fikir dan kematangan yang lebih dibandingkan dengan anak-anak seusianya. Ismail begitu dewasa dan sangat cepat menerima, memahami, sekaligus mengamalkan segala nilai-nilai ketuhanan yang dibawa dan diajarkan oleh ayahnya, Ibrahim AS.
Ketika Ibrahim bermimpi menerima perintah untuk menyembelih Ismail, Ibrahim AS mampu membuktikan cintanya kepada Sang Kholiq melebihi segalanya. Ismail yang begitu tampan dan selama ini menghiasi indah hari-harinya, mesti dikurbankan.... Ibrahim yakin, bahwa dibalik perintah Allah SWT yang begitu mengaduk-aduk perasaannya, tersimpan hikmah yang lebih besar lagi. Dengan sangat hati-hati beliau menceritakan kepada anak kesayangannya tersebut.
"Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah, bagaimana pendapatmu?" Ibrahim menunggu pendapat buah hatinya dengan berdebar.
Ternyata jawaban yang didapatkannya, jauh dari yang dibayangkan. Ibrahim mengira sang buah hati akan mengajukan dulu beberapa pertanyaan. Ternyata pemahaman Ismail akan risalah yang dibawa ayahnya telah jauh lebih tinggi dari yang sewajarnya. Ismail faham betul, bahwa mimpi dari seorang nabi seperti ayahnya, bukanlah sembarang mimpi. Mimpi seorang nabi adalah wahyu, dan perintah Allah SWT tersebut mengandung hikmah tentunya.
" Wahai ayahku..., lakukanlah apa yang diperintahkan-Nya kepada ayah. Insya Allah... engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar."
Dengan mata terpejam dan hati yang pasrah, Ibrahim AS melaksanakan kurban, menyembelih putera kesayangannya. Dan benar saja ketika hikmah yang diyakini mereka seketika terwujud. Cinta Allah SWT kepada Ibrahim dan Ismail tentu saja melebihi cinta mereka berdua kepada-Nya. Ibrahim yang telah membuktikan bakti cintanya kepada Allah SWT, dianugerahi ni'mat berupa ketentraman dan kebahagiaan yang luar biasa, ketika menemukan putera yang sedianya dikurbankan, diganti oleh Sang Maha Berkehendak dengan seekor kambing qibas. Subhanallah...
Dan Kami abadikan untuk Ibrahim pujian di kalangan orang-orang yang datang kemudian, "Selamat sejahtera bagi Ibrahim" (QS As-shoffat 108-109)
Barangkali kita sebagai ummat penerus para nabi, tak 'kan sanggup menyamai kecintaan mereka kepada Sang Kholiq. Meski demikian, momentum peringatan 'Idul Adha hendaknya mampu memompa semangat kita untuk tetap berusaha meneladani dan mengikuti kecintaan mereka, seoptimal kemampuan yang ada.
Berkurban...tak kan teruji hanya dengan menyisihkan milik kita, untuk diberikan bagi sesama dalam pandangan mata. Mempersembahkan hewan kurban di setiap tahun, juga belum menjamin makna pengorbanan sejati. Berkorban sejati, baru bisa dibuktikan ketika ada keselarasan dzohir berupa amaliah dengan hati dan fikiran. Hati yang senantiasa ridho mempersembahkan amalan terbaik dalam setiap aktivitas. Fikir yang terus menerus menjelajah untuk menemukan terobosan baru bagi kebenaran. Dan amaliah yang 'kan mewujudkan segala 'azam sebelumnya...
Melalui momentum 'Idul Adha kali ini, saya berhenti sejenak untuk meneliti kembali perjalanan yang telah dilalui. Sejauh ini, sudahkah saya berkorban? Allahu a'lam.
Diposting oleh bunda di 01.01 0 komentar
Catatan Kecil Untuk Pak Haji dan Bu Hajjah
oleh Lawang Bagja
Dahulu di kampung saya ada sebuah budaya yaitu setiap calon jamaah haji yang akan berangkat ia terlebih dahulu diazankan dan dibacakan talbiyah. Talbiyah sendiri sunnahnya diucapkan ketika seorang dalam keadaan ihram. Ada kewajiban yang harus dipatuhi ketika berihram seperti memakai pakaian putih, tanpa jahitan, tanpa wewangian, dilarang memotong rambut atau kuku, dan lain sebagainya. Di kampung calon jamaah haji biasanya dibacakan talbiyah lewat pengeras suara.
Tentu kebiasaan ini hanya ada di wilayah yang jauh dari tanah suci. Tidak untuk orang-orang disekitar hijaz. Menunaikan ibadah haji dipandang sebagai tingkat paripurnanya nilai keislaman seorang muslim. Ia dipandang sudah terbebas dari hal-hal yang menghambat karena ibadah haji disyariakan bagi yang ‘mampu’. Hartanya berasal dari yang halal dan baik juga keluarga serta sanak famili yang ditinggalkan sudah disediakan bekal yang cukup.
Dibeberapa negara muslim terutama di wilayah Afrika dan Syam juga mempunyai kebiasaan tersendiri bagi seseorang yang akan menunaikan ibadah haji. Ada yang diarak keliling kampung dengan menggunakan baju ihram dengan berkendaraan keledai, mungkin seperti sado. mereka pun sama memandang bahwa ibadah haji sebuah pencapaian tertinggi hingga harus diarak guna menuai doa dari setiap warga yang ditemui. Sang calon mendatangi para tetangganya bukan para tetangga mendatangi sang calon ‘pengantin’ haji. Ini agak berbeda dengan kondisi di tanah air.
ulama yang pernah saya dengar berpendapat bahwa bagi seseorang yang akan menunaikan ibadah haji tidak serta merta ia asal cukup ongkos dan biaya selama perjalanan saja tetapi juga sang calon ‘pengantin’ haji mempunyai kewajiban sosial yang harus dipenuhi. Bagi yang ingin berangkat pertama kali maka keluarganya harus dipastikan cukup bekalnya. Bagi yang berangkat untuk kedua, ketiga hingga berikutnya maka ia harus mencukupi kebutuhan 40 tetangga samping kanan, 40 tetangga samping kiri serta 40 tetangga depan dan belakang. Begitu ketatnya ulama memfatwakan seperti itu bukan karena tanpa alasan.
Ketika ibadah haji dipandang sebagai ibadah paripurna dan seseorang yang layak menjadi pengantin karena dianggap mampu dalam artian lebih maka menjadikan sebuah ‘cacat’ jika ketika ia berangkat menunaikan ibadah haji untuk kesekian kalinya namun masih ada tetangga yang berdekatan dengan rumahnya ternyata sedang mengalami kesusahan. Entah ia sedang sakit, kelaparan, atau dibelit hutang hingga tidak mampu untuk membeli makanan.
Maka dihadapan Allah lebih mulia bagi sang calon pengantin membantu tetangganya yang kesusahan daripada ia berangkat menunaikan ibadah haji. Ibadah haji bukan plesir..! Sepertinya umumnya ibadah yang ada dalam Islam tidak pernah terlepas hanya ‘hamblum minallah’ semata tetapi juga selalu ada aspek sosial. Seperti puasa, tidak sah puasa Ramadhan seseorang jika tidak menunaikan zakat fitrah. Solat diperintahkan di masjid bagi mereka yang merasa dirinya lelaki. Zakat adalah ibadah yang menyertai solat. Setiap perintah menunaikan solat selalu diikuti untuk menunaikan zakat. Semua mempunyai aspek sosial, hubungan terhadap sesama manusia. Sudah barang tentu dengan ibadah haji sebagai tingkat paripurna.
Dalam berbagai kisah banyak disampaikan bahwa seseorang yang batal menunaikan ibadah haji karena menolong tetangganya, sanak familinya atau kerabatnya di hadapan Allah ia tercatat sebagai seseorang yang telah ‘dihaji’kan. Hal yang memang sulit diterima nalar biasa namun Allah, Sang Pemilik Hakikat tentu Maha Berkehendak dan Mampu untuk itu semua. Menakar peristiwa ghaib hanya dengan keimanan bukan dengan logika. Ibadah haji bukan sebuah jurnal perjalanan biasa. Ibadah haji sebuah jurnal perjalanan anak manusia untuk menemukan kembali hakikat kehidupannya di alam semesta.
Dalam teori ilmu pengetahuan modern menyatakan bahwa segala sesuatu di alam raya ini tak lebih dari ‘permainan’ energi vibrasi yang berlangsung secara terus menerus. Vibrasi sendiri bisa dipahami sebagai berputarnya sebuah zat/benda. Benda yang berputar tentu menghasilkan medan magnet. Dan itulah yang terjadi pada alam semesta. Bumi berputar pada porosnya. Bulan,matahari, venus, mars, bahkan hingga elektron yang terkecil sekalipun semua berputar. Medan magnet yang dihasilkan sebagai bentuk kesetimbangan agar semua tetap pada lintasannya sesuai hukum yang telah ditetapkan SANG PENCIPTA.
Putaran semesta menjadi sebuah bentuk harmoni ketaatan yang ALLAH simpelkan pada miniatur prosesi thawaf di seputar ka’bah. Itulah sebabnya ada yang mengatakan bahwa ka’bah diibaratkan sebagai porosnya semesta. Kalimat talbiyah labbaik allahumma Labbaik, (Aku memenuhi panggilan-Mu ya Allah!) sebuah isyarat pengakuan untuk tunduk terhadap hukum semesta yang telah digariskan.
Seseorang yang telah menunaikan ibadah haji hendaknya pula menjadi ‘magnet’ yang menarik manusia sekelilingnya pada ketaatan. Menuju baitullah adalah merupakan awal untuk selanjutnya sepulang dari baitullah ia mengalami ‘kelimpahan energi’ karena terasah dalam putaran porosnya semesta. Tidaklah seseorang menjadi haji mabrur jika sepulang dari menunaikan ibadah haji tidak mempunyai daya untuk ‘menarik’ hamba Allah kembali pada ketaatan. Besi yang usang saja jika digosok-gosokkan pada magnet maka ia mempunyai sifat magnet. Jiwa seseorang yang berhaji hendaknya pula seperti itu.
Jika tidak, menjadi sebuah pertanyaan besar tentunya. Tidak pula ibadah haji diganti dengan ‘jannah’ bertelkan permadani dan taman-taman hijau yang dijanjikan jika kepulangannya dari baitullah menjadi penambah problem ummat. Ia hanya berlabelkan ‘haji dunia’ dan pernah ‘jalan-jalan’ melihat kedua kota suci, Madinah dan Makkah saja. Semoga para jamaah haji yang 3 juta orang menjadi hamba-hamba Allah yang taat. Kepulangannya menjadi rahmat bagi sekelilingnya. Ia adalah magnet ketakwaan bagi kita yang lemah dan belum mampu dan masih ada dalam daftar antrian tunggu ditahun mendatang, insya Allah amien..
Labbaik Allahuma Labbaik..Aku menunggu panggilan-Mu ya Rabb, dalam kelemahan dan ketidakberdayaanku..(buruhmigren, Tepian Teluk Persia) “hati Emak sudah lama disana..” (Emak Ingin Naik Haji)
Diposting oleh bunda di 00.52 0 komentar
Rabu, 25 November 2009
Bahkan Bangsa Maya Pun Muak Dengan Kiamat 2012
Dari mana asalnya gonjang-ganjing kiamat 2012 bermula? Seperti yang diberitakan selama ini, akhir dunia versi 2012 diambil dari kalender bangsa Maya yang akan “habis” pada 21 Desember 2012.
Lantas bagaimana tanggapan dari bangsa Maya sendiri? Ternyata, mereka sendiri pun sudah muak, jengkel, dan geram dengan hal ini.
Pixtun Chili Apolinaro benar-benar bosan dibombardir dengan pertanyaan-pertanyaan seputar itu. Pixtun adalah seorang bangsa Maya. “Saya kembali dari Inggris tahun lalu, dan orang-orang terus bertanya, saya muak dengan hal ini!" geramnya.
Chili Pixtun, berasal dari Guatemala, mengatakan bahkan teori kiamat musim semi dari Barat, bukan berasal dari ide-ide bangsa Maya.
Jose Huchim, seorang arkeolog Maya Yucatan menyatakan, "Saya pergi ke beberapa komunitas berbahasa Maya dan meminta mereka menceritakan apa yang akan terjadi pada tahun 2012, mereka bilang, mereka tidak tahu. Bahwa dunia akan berakhir (di tahun 2012)? Mereka tidak percaya! Kami memiliki keprihatinan nyata pada apa yang terjadi hari ini, seperti hujan."
Stuart, seorang spesialis dalam epigrafi Maya di University of Texas di Austin juga mengeluarkan pendapat. "Bangsa Maya tidak pernah mengatakan dunia akan berakhir, mereka tidak pernah mengatakan sesuatu yang buruk akan terjadi dengan sendirinya."
Sebaliknya, Guillermo Bernal, seorang arkeolog di Universitas Otonom Nasional Meksiko mengatakan bahwa kiamat 2012 itu “sangat Kristen.” Menurut Bernal, itu bisa jadi karena masyarakat Barat selama ini merasa “lelah” dengan kehidupan mereka yang tanpa tujuan. Nah!
(sa/msnbc)
Diposting oleh bunda di 22.07 0 komentar
Selasa, 24 November 2009
Kegembiraan Hati di Saat Bersyukur
Tulisan ini merupakan kelanjutan dari topik "Mensyukuri Apa yang Ada"....
Setelah mendengar uraian kata – kata dari orang bijak, tentang “mensyukuri apa yang ada” si pemuda masih terlihat merasa ada sesuatu yang menggelayut dalam relung fikirannya. Hatinya membenarkan tentang apa – apa yang diungkapkan oleh orang bijak, namun fikirannya tetap kalut. Masih terbayang – terbayang bagaimana ia harus menutup kerugian yang akan dia derita, namun di sisi lain ia harus tetap bersyukur, namun demikian ia mencoba menekan kekalutan fikirannya.
Setelah agak lama terdiam si pemuda, mulai berkata lagi “Begini pak, beberapa saat yang lalu saya juga pernah mengikuti sebuah seminar yang membahas tentang pengaruh syukur dalam keberlimpahan, salah satu komponennya adalah bila kita ingin keinginan kita dicukupi, kita harus membiasakan diri untuk bersyukur. Ini berkaitan dengan hukum Law Of Attraction.”,
Mendengar ungkapan tersebut, orang bijak berkata, “Membiasakan diri untuk bersyukur, itu baik dan memang sudah seharusnya kita harus selalu bersyukur dan sebenarnya syukur itupun sesungguhnya anugerah. Namun demikian bila sikap syukurmu itu, dilandasi keinginan untuk bisa tercapai segala keinginanmu, jangan – jangan sikap syukurmu itu palsu…., hanya berpura – pura syukur…., bahkan yang lebih tragis lagi, kamu malah mendikte gusti Allah.”
Mendengar kata – kata orang bijak tersebut, si pemuda jadi tambah bingung lagi. Satu sisi fikirannya masih terbayang kerugian yang ia akan derita, disisi lain ia mendapat pemahaman yang baru dari orang bijak tersebut.
Setelah beberapa lama, orang bijak melanjutkan pembicaraannya,
“Begini, seumpama saya mempunyai tiga orang anak asuh, yang kebetulan usianya relatif sama. Suatu saat saya memberikan kepada tiga anak tersebut, masing – masing satu buah sepeda motor. Sepeda motor tersebut jenis dan harganyapun semua sama. Bagaimana perasaan di hati ketiga anak tersebut ?.
Anak pertama, begitu bergembira atas pemberian sepeda motor tersebut. Kegembiraanya karena dengan mempunyai sepeda motor ia bisa jalan – jalan kemana ia suka. Perasaan gembira dalam hati anak ini, lebih disebabkan karena ia memperoleh sepeda motor semata tanpa melihat ungkapan kasih sayang dari saya, jadi seandainya di tengah jalan …. Ada orang yang memberi ia sepeda motorpun, sikap kegembiraannya akan sama dengan yang memberi sepeda motor dari saya. Jadi intinya ia lebih melihat kenikmatan sepeda motor tersebut, tanpa membedakan dari mana sepeda motor itu ia dapat. Dalam hati kecilnyapun ia akan berupaya apapun, demi mendapatkan kenikmatan sepeda motor tanpa melihat dari mana pemberinya.
Anak Kedua, ia bergembira dengan sepeda motor tersebut. Kegembiraannya karena dengan adanya sepeda motor ia bisa lebih mudah menjalankan apa – apa yang mungkin saya inginkan. Iapun lebih senang karena yang memberikan sepeda motor tersebut bukan orang lain, namun saya. Jadi, seandainya di tengah jalan ada orang yang memberikan ia sepeda motor kegembiraanya, jauh – jauh dibawah dibanding bila yang memberikan sepeda motor tersebut adalah saya. Dalam hati kecilnyapun ia akan berupaya menggunakan sepeda motor tersebut, sepanjang sesuai dengan kehendak saya, dan tak akan menggunakan bila dilarang saya.
Anak ketiga, ia bergembira dengan sepeda motor tersebut, namun kegembiraanya semata – mata karena sifat kerendahan hatinya. Dalam hatinya ternyata ia tidak benar – benar menginginkan sepeda motor tersebut. Bahkan seandainya sepeda motor itu tidak saya berikan, hatinyapun akan tetap bergembira sepanjang ia dekat dengan saya. Ia ingin selalu menyenangkan hati saya, mematuhi segala apa yang saya suruh dan menghindari segala larangan saya. Sepeda motor yang ia terima, hanya benar-benar sebagai sarana agar ia bisa lebih dekat, lebih mematuhi saya.”
Agak lama, si pemuda mencerna kata – kata dari orang bijak tersebut. Fikirannya masih agak rancu membedakan karakter anak pertama, anak kedua dan anak ketiga.
Belum selesai ia mencerna kata – kata orang bijak. Orang bijakpun berkata lagi,
”Anak pertama, sesungguhnya ia tidak masuk kategori bersyukur...karena kegembiraannya hanya berorientasi kepada kenikmatan materi belaka, tidak kepada pemberi kenikmatan. Anak kedua sudah masuk kategori bersyukur, namun syukurnya ia karena berharap balasan dariku dan karena takut kepadaku. Sedangkan anak ketiga adalah yang paling utama, karena rasa syukurnya karena kecintaannya untuk mendekatiku.”
Si pemudapun, lagi – lagi masih termenung terdiam diri. Fikirannya membumbung ke awan tinggi, sementara tenggorokannya mulai terasa kering, namun ia belum menyadari bahwa didepannya sudah terhidang segelas es teh manis yang siap diminum.
Diposting oleh bunda di 19.43 0 komentar
Tersesat Di Syurga.....
Seorang pemuda, ahli amal ibadah datang ke seorang Sufi. Sang pemuda dengan bangganya mengatakan kalau dirinya sudah melakukan amal ibadah wajib, sunnah, baca Al-Qur’an, berkorban untuk orang lain dan kelak harapan satu satunya adalah masuk syurga dengan tumpukan amalnya.
Bahkan sang pemuda tadi malah punya catatan amal baiknya selama ini dalam buku hariannya, dari hari ke hari.
“Saya kira sudah cukup bagus apa yang saya lakukan Tuan…”
“Apa yang sudah anda lakukan?”
“Amal ibadah bekal bagi syurga saya nanti…”
“Kapan anda menciptakan amal ibadah, kok anda merasa punya?”
Pemuda itu diam…lalu berkata,
“Bukankah semua itu hasil jerih payah saya sesuai dengan perintah dan larangan Allah?”
“Siapa yang menggerakkan jerih payah dan usahamu itu?”
“Saya sendiri…hmmm….”
“Jadi kamu mau masuk syurga sendiri dengan amal-amalmu itu?”
“Jelas dong tuan…”
“Saya nggak jamin kamu bisa masuk ke syurga. Kalau toh masuk kamu malah akan
tersesat disana…”
Pemuda itu terkejut bukan main atas ungkapan Sang Sufi. Pemuda itu antara marah dan diam, ingin sekali menampar muka sang sufi.
“Mana mungkin di syurga ada yang tersesat. Jangan-jangan tuan ini ikut aliran sesat…” kata pemuda itu menuding Sang Sufi.
“Kamu benar. Tapi sesat bagi syetan, petunjuk bagi saya….”
“Toloong diperjelas…”
“Begini saja, seluruh amalmu itu seandainya ditolak oleh Allah bagaimana?”
“Lho kenapa?”
“Siapa tahu anda tidak ikhlas dalam menjalankan amal anda?”
“Saya ikhlas kok, sungguh ikhlas. Bahkan setiap keikhlasan saya masih saya ingat semua…”
“Nah, mana mungkin ada orang yang ikhlas, kalau masih mengingat-ingat amal baiknya ? Mana mungkin anda ikhlas kalau anda masih mengandalkan amal ibadah anda ?
Mana mungkin anda ikhlas kalau anda sudah merasa puas dengan amal anda sekarang ini ?”
Pemuda itu duduk lunglai seperti mengalami anti klimaks, pikirannya melayang membayang bagaimana soal tersesat di syurga, soal amal yang tidak diterima, soal ikhlas dan tidak ikhlas.
Dalam kondisi setengah frustrasi, Sang sufi menepuk pundaknya.
“Hai anak muda. Jangan kecewa, jangan putus asa. Kamu cukup istighfar saja. Kalau kamu berambisi masuk syurga itu baik pula. Tapi, kalau kamu tidak bertemu dengan Sang Tuan Pemilik dan Pencipta syurga bagaimana? Kan sama dengan orang masuk rumah orang, lalu anda tidak berjumpa dengan tuan rumah, apakah anda seperti orang linglung atau orang yang bahagia ?”
“Saya harus bagaimana tuan…”
“Mulailah menuju Sang Pencipta syurga, maka seluruh nikmatnya akan diberikan kepadamu. Amalmu bukan tiket ke syurga. Tapi ikhlasmu dalam beramal merupakan wadah bagi ridlo dan rahmat-Nya, yang menarik dirimu masuk ke dalamnya…”
Pemuda itu semakin bengong antara tahu dan tidak.
“Begini saja, anak muda. Mana mungkin syurga tanpa Allah, mana mungkin neraka
bersama Allah?”
Pemuda itu tetap saja bengong. Mulutnya melongo seperti kerbau.
sumber : sufinews
Diposting oleh bunda di 17.12 0 komentar
MENIKMATI SEBUAH PROSES
Sebutir padi akan mempunyai nilai yang tinggi, dikala padi itu menjadi bagian dari daging manusia, dan daging manusia dipergunakan untuk beribadah kepada Allah SWT. Sebelum padi itu, menjadi bagian dari daging manusia, lihatlah perjalanan panjang yang harus ia tempuh.
Setelah padi diambil dari tanamannya, iapun melalui proses penyaringan, hanya yang berbiji utuh yang akan melanjutkan perjalanan ke jenjang berikutnya. Setelah lolos dari tahap penyaringan, iapun harus rela untuk dijemur di panas terik matahari. Setelah pengeringan iapun harus rela dirinya untuk digiling dalam sebuah mesin penggilingan padi, hingga hanya tersisa butiran beras.
Proses penggilingan inipun, tidak semua lolos karena ada yang hancur dan ada yang tetap utuh berujud butiran beras, dan hanya yang berujud butiran beras yang akan melakukan proses ke tahap lebih lanjut. Setelah lolos dari tahap ini, perjalananpun masih panjang. Sebutir beras harus disaring lagi, dicuci lagi, dan hanya yang benar – benar utuh yang akan diambil.
Kemudian lihat yang terjadi, setelah butiran beras bersih...iapun harus rela dipanaskan dalam suhu tertentu untuk menjadi nasi. Setelah menjadi nasi apakah berhenti ?? tidak... Saat nasi dimakan manusia, iapun harus rela dikunyah berkali – kali oleh gigi manusia. Kemudian nasi itupun masuk untuk dicerna dalam proses pencernaan berikutnya, baru setelah itu ia bisa menjadi bagian dari daging manusia.
Jalaluddin Rumi, dengan redaksi yang sedikit berbeda membuat analogi tentang kacang polong yang sedang direbus untuk hidangan. Awalnya kacang polong mengeluh rasa sakit dan menginginkan terbebas dari kondisi tersebut secepatnya.
Ketika dia tersadar kalau hanya melalui perebusan dia bisa dimakan oleh manusia dan menjadi bagian dari spesies yang lebih tinggi, yang akhirnya memenuhi...takdirnya..., akhirnya, dia menyadari bahwa pembebasannya ada setelah perebusan tersebut. Menyadari bahwa perebusan mengarah pada pertumbuhan dan akhirnya pembebasan, dia berkata..”rebus lagi aku...aku tak bisa merebus diriku sendiri..”
Demikianlah, kesulitan dalam hidup, sebenarnya merupakan proses pertumbuhan hidup sendiri, karena dengan kesulitan derajat kita sebenarnya ditingkatkan. Dengan sikap sabar dan syukur, maka segala kesulitan hidup selalu ada jalan keluarnya.
Wallahu a’lam.
Dikutip dr: blognya "kangtris"
Diposting oleh bunda di 17.00 0 komentar
Mensyukuri Apa Yang Ada
Suatu hari datanglah seorang pemuda kepada seorang bijak, dandanannya rapi dan elegan. Sekilas terlihat ia seperti kaum executive muda. Setelah masuk ke rumah iapun berbicara dengan tenang dan tertata. Setelah berbasa-basi sebentar iapun mulai mengutarakan maksud sebenarnya ia datang ke orang bijak tersebut.
”Bisnis yang saja jalani bertahun-tahun, tiba-tiba akan ambruk dalam waktu beberapa bulan ini pak ?” cerita si pemuda.
”Kenapa ?”
”Banyak faktor, penyebabnya namun secara umum terjadi salah manajemen.” jawab singkat si pemuda.
”Dandanan masih perlente gini, penampilan tenang...wah..wah...”, celoteh orang bijak.
”Jangan begitu pak.....di tengah arah kebangkrutan ini, saya mulai membenahi semua divisi perusahaan saya, namun sampai dengan saat ini belum ada tanda – tanda yang signifikan untuk merubah keadaan.” si pemuda mulai bercerita.
”Berapa kira – kira kerugian kamu, bila perusahaanmu gulung tikar ?” balik orang bijak bertanya.
”Kira – kira kurang lebih lima milyar pak, ini sudah saya hitung semua asset saya yang ada saya jual.”, jawab si pemuda.
”Begini...kamu bilang semua asset yang kamu jual tidak bisa menutup semua kerugian yang menimpamu, bahkan masih defisit lima milyar ? tanya orang bijak.
”Betul pak.” jawab si pemuda.
”Sekarang mari kita lihat, seandainya kamu punya mata saya tukar dengan satu milyar kamu mau tidak ?” tanya orang bijak.
”Ah...yang benar saja pak, ya tidak akan mau pak.” jawab si pemuda.
”Baik...kalo tangan kamu saya tukar dihargai satu milyar ?” tanya orang bijak.
”Jelas saja, ga pak.” jawab si pemuda.
”Oke...sekarang kalo gini, kamu lihat orang gila ....., seandainya otak kamu saya tukar dengan sepuluh milyar, kamu mau ?” tanya orang bijak.
Mendengar pertanyaan tersebut, si pemuda mulai mengetahui arah pertanyaan orang bijak.
”Jelas saja, saya tidak mau pak. Kalau boleh saya simpulkan berarti dalam diri saya masih bernilai lebih dari sepuluh milyar pak, jauh lebih tinggi dari kerugian yang kemungkinan saya derita.” jawab si pemuda.
”Ya..., kamu bilang semua asset kamu jual tidak bisa menutupi semua kerugianmu, padahal Allah jelas – jelas memberimu begitu banyak, namun penglihatanmu seolah buta. Orientasimu hanya materi dunia semata, sedangkan nikmat yang begitu besar tidak bisa kamu lihat. Itulah mengapa dalam Al Qur’an Surat Saba : 13, Allah berfirman,”Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang bersyukur”” jawab orang bijak.
Mendengar jawaban orang bijak tersebut, pemuda itupun agak termenung sejenak, ia mulai memikirkan kata – kata terakhir yang terucap dari orang bijak tersebut. Dalam hati kecilnya iapun membenarkan yang dikatakannya. Ia menemukan kata kunciya, ”bersyukur...syukuri apa yang ada...”
Dikutip dari: www.kangtris.com
Diposting oleh bunda di 16.43 0 komentar
Syukur Nikmat
Mensyukuri & Bersyukur Atas Berbagai Nikmat yang Telah Diberikan oleh Allah SWT
A. Pengertian dan Definisi Syukur Nikmat
Arti syukur adalah berterima kasih, dan nikmat adalah memiliki arti enak, sedap, lezat, karunia, anugrah, dsb. Keduanya sama-sama berasal dari bahasa arab. Syukur nikmat adalah berarti berterimakasih atas suatu anugerah atau pemberian. Dalam hal ini nikmat datang dari Tuhan YME yaitu Allah SWT
B. Macam / Jenis Nikmat
1. Nikmat Jasmani / Fisik
Nikmat fisik adalah suatu kenikmatan yang dirasakan oleh tubuh kita. Contohnya seperti nikmat sehat, nikmat makanan dan minuman, nikmat bersetubuh, nikmat angin sepoi-sepoi, dan lain-lain.
2. Nikmat Rohani / Mental
Nikmat rohani adalah nikmat yang dirasakan oleh roh atau jiwa kita. Contoh nikmat jiwa yakni nikmat ilmu pengetahuan, nikmat akal pikiran, nikmat perasaan, dan lain sebagainya.
C. Contoh Perilaku Bersyukur Kepada Tuhan Allah SWT
1. Bersyukur dengan Hati dan Perasaan
- Menghindari perilaku buruk yang dibenci manusia dan Allah SWT seperti kikir, ria, fasik, mungkar, keji, dendam, sombong, takabur, munafik, dan sebagainya.
- Selalu ingat kepada Allah SWT dan juga mengingat mati.
- Memiliki perasaan cinta kepada Allah SWT dan Rasulnya melebihi apapun juga.
- Mengejar kenikmatan akhirat untuk mesuk surga.
2. Beryukur dengan Mulut / Ucapan
- Terbiasa Membaca Al-Quran atau tadarus
- Menyebarkan dan mengajarkan ilmu yang dimiliki
- Selalu ingat Allah dengan berzikir di manapun dan kapanpun kita berada seperti tahlil, tahmid, istigfar, hauqalah, takbir, ta'awudz, dan lain sebagainya
- Senantiasa berdoa kepada Allah untuk mendoakan diri sendiri, keluarga, kerabat, musuh, dan lain sebagainya.
3. Bersyukur dengan Amal Perbuatan
- Melakukan ibadah sholat lima waktu
- Melaksanakan ibadah puasa wajib dan sunat
- Melaksanakan semua perintah Allah SWT dan menjauhi semua larangannya
- Berperang dan berjihad di jalan Allah SWT
- Belajar dan mengajarkan ilmu yang telah didapat
- Tolong-menolong sesama manusia
- Melaksanakan ibadah zakat dan haji jika mampu dan memenuhi syarat
4. Bersyukur dengan Harta Benda
- Membantu orang-orang yang membutuhkan pertolongan finansial
- Menabung di bank syariah yang jauh dari praktek riba
- Membangun mushala, masjid, sekolah, jembatan, dan sebagainya
- Menyumbang dana untuk membiayai perang jihad
- Membuat rumah sakit umum
- Mendirikan panti asuhan dan panti jompo islam
Temuan Ilmiah Modern: Syukur Menambah Nikmat !
Ilmuwan meneliti peran sikap bersyukur atau berterima kasih. Bersyukur, selain menyehatkan jiwa-raga, juga mendorong terjalin dan terbinanya persahabatan antar manusia
Sikap berterima kasih atau bersyukur mendorong terjalin dan terbinanya persahabatan antar manusia. Inilah kesimpulan S.B. Alqoe dkk. asal University of Virginia, Amerika Serikat (AS). Hasil penelitiannya dimuat di jurnal ilmiah Emotion, edisi Juni 2008 dengan judul "Beyond reciprocity: gratitude and relationships in everyday life" (Lebih dari sekedar hubungan timbal balik: sikap bersyukur dan persahabatan dalam hidup keseharian).
Dalam karya ilmiah itu para ilmuwan meneliti peran sikap bersyukur atau berterima kasih yang muncul secara alamiah dalam perkumpulan mahasiswa di perguruan tinggi selama acara "pekan pemberian hadiah" dari anggota lama kepada anggota baru. Para anggota baru mencatat tanggapan atas manfaat yang mereka dapatkan selama pekan tersebut.
Di akhir pekan itu, dan satu bulan kemudian, anggota lama dan anggota baru menilai keadaan persahabatan dan hubungan di antara mereka. Kesimpulannya, rasa terima kasih atas pemberian hadiah berpeluang memicu terbentuknya dan terpeliharanya persahabatan di antara mereka.
Aneka manfaat syukur
Selain jalinan persahabatan yang baik, sikap bersyukur kini terbukti secara ilmiah memicu pula aneka manfaat lain. Di antaranya manfaat kesehatan jasmani, ruhani dan kehidupan bermasyarakat yang lebih baik. Tidak heran jika "gratitude research" atau "penelitian tentang sikap bersyukur" menjadi salah satu bidang yang banyak diteliti ilmuwan abad ke-21 ini.
Profesor psikologi asal University of California, Davis, AS, Robert Emmons, sekaligus pakar terkemuka di bidang penelitian "sikap bersyukur", telah memperlihatkan bahwa dengan setiap hari mencatat rasa syukur atas kebaikan yang diterima, orang menjadi lebih teratur berolah raga, lebih sedikit mengeluhkan gejala penyakit, dan merasa secara keseluruhan hidupnya lebih baik.
Dibandingkan dengan mereka yang suka berkeluh kesah setiap hari, orang yang mencatat daftar alasan yang membuat mereka berterima kasih juga merasa bersikap lebih menyayangi, memaafkan, gembira, bersemangat dan berpengharapan baik mengenai masa depan mereka. Di samping itu, keluarga dan rekan mereka melaporkan bahwa kalangan yang bersyukur tersebut tampak lebih bahagia dan lebih menyenangkan ketika bergaul.
Tak tersentuh sebelumnya
Dulu, sikap bersyukur atau berterima kasih sama sekali tidak terjamah dalam kajian ilmuwan psikologi tatkala profesor Emmons mulai mengkajinya di tahun 1998. Penelitian pertama prof Emmons melibatkan para mahasiswa kuliah psikologi kesehatan di universitasnya.
Saat itu sang profesor mewajibkan sebagian dari para mahasiswa tersebut untuk menuliskan lima hal yang menjadikan mereka bersyukur setiap hari. Sedangkan mahasiswa selebihnya diminta mencatat lima hal yang menjadikan mereka berkeluh kesah. Tiga pekan kemudian, mahasiswa yang bersyukur memberitahukan adanya peningkatan dalam hal kesehatan jiwa-raga dan semakin membaiknya hubungan kemasyarakatan dibandingkan rekan mereka yang suka menggerutu.
Di tahun-tahun berikutnya, profesor Emmons melakukan aneka penelitian yang melibatkan beragam kondisi manusia, termasuk pasien penerima organ cangkok, orang dewasa yang menderita penyakit otot-saraf dan murid kelas lima SD yang sehat. Di semua kelompok manusia ini, hasilnya sama: orang yang memiliki catatan harian tentang ungkapan rasa syukurnya mengalami perbaikan kualitas hidupnya.
Dampak latihan bersyukur
Melalui latihan, perasaan bersyukur dapat dibiasakan dalam diri seseorang. Pelatihan sengaja untuk menanamkan rasa syukur ini ternyata membawa dampak positif dalam beragam sisi kehidupan.
Dalam penelitian menggunakan metoda membandingkan, ditemukan bahwa mereka yang menuliskan rasa syukurnya setiap pekan mendapatkan manfaat jasmani-ruhani yang lebih baik dibandingkan mereka yang terbiasa mencatat peristiwa menjengkelkan dan kejadian yang biasa-biasa saja. Di antara manfaat ini adalah olah raga yang lebih teratur, lebih sedikit mengeluhkan gejala penyakit badan, merasa hidupnya secara keseluruhan lebih baik, dan berpengharapan lebih baik di minggu mendatang.
Manfaat lain sikap berterima kasih tampak pada keberhasilan dalam mewujudkan cita-cita. Dibandingkan dengan orang-orang yang bersikap sebaliknya, mereka yang senantiasa memiliki daftar ungkapan rasa syukur lebih cenderung mengalami kemajuan dalam pencapaian cita-cita mereka. Cita-cita ini dapat berupa prestasi akademis, hubungan antar-sesama dan kondisi kesehatan.
Penelitian lain dilakukan dengan melatih pembiasaan sikap bersyukur setiap hari pada diri sendiri. Kondisi positif seperti: waspada, bersemangat, tabah, penuh perhatian, dan daya hidup pada orang muda dewasa meningkat akibat pembiasaan sikap bersyukur. Perbaikan kondisi sebaik ini tidak dijumpai pada orang yang dilatih bersikap menggerutu atau pada orang yang menganggap dirinya lebih sejahtera dibanding orang lain.
Selain itu, mereka yang memiliki rasa syukur setiap hari lebih memiliki jiwa sosial yang lebih baik dibandingkan mereka yang suka berkeluh kesah dan suka menganggap orang lain kurang beruntung. Golongan yang pertama tersebut cenderung menolong seseorang yang memiliki masalah pribadi, atau telah membantu dukungan semangat kepada orang lain.
Pasien pun tak luput dari penelitian seputar sikap bersyukur ini. Dengan melibatkan sejumlah orang dewasa pengidap penyakit otot-saraf, pelatihan membiasakan sikap bersyukur berdampak baik pada pasien tersebut. Di antaranya adalah kualitas dan lama tidur yang lebih baik, lebih optimis dalam menilai kehidupan, lebih eratnya perasaan persahabatan dengan orang lain, serta suasana hati tenteram yang lebih sering dibandingkan dengan mereka yang tidak dilatih bersikap syukur.
Ketika syukur menjadi kebiasaan
Insan yang bersyukur menyatakan diri mereka merasakan tingginya perasaan positif, kepuasan hidup, semangat hidup, dan pengharapan baik di masa depan. Mereka juga mengalami kemurungan dan tekanan batin dengan kadar rendah.
Kalangan yang memiliki kebiasaan kuat dalam bersyukur atau berterima kasih memiliki kemampuan menyelami jiwa orang lain dan mengambil sudut pandang orang lain. Mereka ditengarai lebih dermawan dan lebih ringan tangan oleh orang-orang di jalinan persahabatan mereka.
Terdapat pula kaitan antara kerohanian seseorang dengan sikap bersyukur. Kecenderungan bersyukur lebih banyak dilakukan mereka yang secara teratur menghadiri acara keagamaan dan terlibat dalam kegiatan keagamaan seperti berdoa atau sembahyang dengan membaca bacaan relijius berkali-kali. Kaum yang bersyukur lebih cenderung mengakui keyakinan akan keterkaitan seluruh kehidupan, serta rasa ikatan dan tanggung jawab terhadap orang lain.
Pribadi-pribadi yang bersyukur dilaporkan memiliki sifat materialistis yang rendah. Mereka tidak begitu menaruh perhatian penting pada hal-hal yang bersifat materi. Mereka cenderung tidak menilai keberhasilan atau keberuntungan diri mereka sendiri dan orang lain dari jumlah harta benda yang mereka kumpulkan.
Dibandingkan dengan kaum yang kurang berterima kasih, kalangan yang bersyukur cenderung bukan berwatak pendengki terhadap kaum kaya, dan bersikap mudah memberikan apa yang mereka punya kepada orang lain.
Nikmat bertambah
Profesor Emmons menuangkan hasil-hasil temuan ilmiahnya itu dalam buku terkenalnya "Thanks! How the New Science of Gratitude Can Make You Happier" (Terima kasih! Bagaimana Ilmu Baru tentang Bersyukur Dapat Menjadikan Anda Lebih Bahagia) yang terbit tahun lalu. Buku ini memaparkan pula 10 kiat untuk menanamkan rasa syukur sepanjang tahun demi mendapatkan nikmat karunia yang bermanfaat dalam kehidupan.
Temuan ilmiah tentang syukur ini mengukuhkan risalah ilahiah bahwa syukur adalah akhlak mulia yang mesti ada dalam diri manusia. Sebab, syukur memicu bertambah nikmat hidup seseorang:
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat." (Al Quran, Ibrahim, 14:7). [emotion/cr/hidayatullah]
Diposting oleh bunda di 03.12 0 komentar